"Jika kau suka berbicara ungkapkanlah melalui lisanmu. Jika kau memilih diam, tulislah apa yang kau mau."
Bahasa lisan maupun tulisan telah tercatat dapat mewakili untuk mengungkapkan apa yang ada dalam hati seseorang. Dengan dua metode ini kita bisa mengetahui apa yang diinginkan orang lain terhadap diri kita atau pun sebaliknya. Namun, sayang dua alternatif ini kadang disalah gunakan untuk hal-hal yang tidak selayaknya dilakukakan.
Bahasa lisan misalnya. Segala yang diungkapkan melakui lisan seharusnya punya etika bagaimana menyampaikan sesuatu untuk dicerna. Apakah hal yang kita ungkapkan sudah benar sesaui dengan yang kita bawakan, atau hanya senang membicarakan sesuatu yang baru agar terkenal di mata orang lain. Lahirlah istilah yang dinamakan "HOAX" atau berita-berita bohong.
Lisan memiliki peran terpenting dalam hidup kita. Dari lisan kita mengungkapkan siapa diri kita, dari lisan pula orang lain mengetahui bagaimana diri kita. Hingga sebuah kalimat bijak yang menyatakan "Mulutmu hari mau mu." Kau bisa saja membunuh dirimu sendiri dengan apa yang diungkapkan dari lisanmu. Lalu bagaimana dengan peran tulisan pada saat ini. Tak, jauh berbeda. Tulisan yang digunakan untuk menyampaikan berita, bahkan sejarah dunia dan ilmu pengetahuan yang kian meluas dikarenakan oleh kecanggihan alat elektronik dan tak jauh dari peran sebuah tulisan. Satu kata bisa membuka cakrawala seseorang, membuat semangat, bahkan membentuk jati diri menjadi seorang yang berwibawa. Namun, ia pun mendapat peran yang lain untuk alat komunikasi yang digunakan dlam hal-hal yang menyimpang. Misalnya pada media sosial, dibeberapa komentar yang terdapat ungkapan sindiran baik mengenai partai, kebijakan pemerintah, bahkan hal-hal pribadi terkait rumah tangga. Main sindir dengan emosi melakui media tulisan sudah menjadi hal yang lumrah dilihat di media. Padahal baik lisan maupun tulisan keduanya memiliki etika masing-masing.
Etika berbicara antara lain adalah:
1. Lihat siapa teman berbicara.
2. Di mana kita berbicara.
3. Apa yang harusnya dibicarakan.
Begitu pula dengan tulisan. Menjadi seseorang gang memiliki kemampuan menulis tidak seharusnya menggunakan kemampuan kita untuk saling sindiri antar sesama. Tidak berbeda dengan etika lisan di atas. Tulisan pun demikian.
1. Untuk apa kita menulis
2. Tertuju pada siapa tulisan kita
3. Apa manfaat yang ditulis.
4. Apa sudah tepat tempat kita menulisnya.
#Jan01AISEIWraithingChallenge
Tulisan yang sarat isi
BalasHapusMantap bu
Sedikit saja ada yang salah ketikπ
Tambah ilmu lagi
BalasHapusTerimakasih Ibu
Catatan: Jika pointer nya ditulis kebawah pasti lebih enak dibacanya
Siap pak.
HapusTerimakasih masukannya.
Terimakasih bu sangat bermanfaat tulisannya jd tau etika tulisan dan lisan.. Sering kita baca dmedsos tulisan2 yg belum menggunakan bahasa yg baik, sehingga terjadi berita Hoak, menyindir, menghujat dllnya.. Salam sehat dan salam kenal dr Padang Sumbar Bu..ππ.
BalasHapusSalam kenal dari Lombok bu guru.
HapusTerimakasih mau mampir