Merasa Anak Bawang, Todung Mulya Lubis Meraih Penghargaan Kusela Pena Merah 2022

Todung Mulya Lubis
sumber: wikipedia.com



Sudah tahu Todung Mulya Lubis? Ok kalau belum tahu harus kenalan dulu. 

Prof. Dr. Todung Mulya Lubis, S.H., LL.M. merupakan seorang pria kelahiran 4 Juli 1949 di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Beliau adalah seorang diplomat, ahli hukum penyelesain sengketa, penulis dan juga tokoh gerakan Hak Asasi Manusia. 

 Beliau juga seoarang duta Besar Indonesia untuk Nurwegia dan Islandia. Penghargaan besar ini diberikan langsung oleh presiden RI. Joko Widodo pada tahun 2018 lalu.

Tokoh gerakan hal Asasi Manusia ini menyatakan dirinya masih anak bawang ketika meraih penghargaan sebagai Kusela Pena Merah pada tahun 2022 pada novelnya yang berjudul Menunda kekalahan (2021). Namun, pada kenyataannya beliau memang memiliki bakat tersendiri dalam menulis novel. 

Bakat tersebut tentunya sudah dibuktikan dengan karya-karya beliau. Di antaranya adalah: Pada Sebuah Lorong (1988), Sudah Waktunya Kita Membaca Puisi (1999), Jam-jam Gelisah (2006), Mencari Hak Asasi Manusia (2021), bahkan puisi-puisi beliau dinyanyikan dalam sebuah album musikalisasi puisi yang berjudul Perjalanan. 

Novel beliau yang berjudul Menunda Kekalahan (2021:Gramedia) itu mengangkat kisah tentang napi dan hukum mati. Melalui penghargaan yang diperoleh tersebut, Todung semakin percaya diri bahwa akan lebih baik lagi untuk terus menghasilkan karya-karya berikutnya.

"Sekarang saya tahu cara menulis novel yang baik." Ungkapnya.

Lelaki 72 tahun ini juga merasa bangga dan akan menulis novel lagi dan memiliki harapan tersendiri, yakni semoga ke depannya karyanya dapat merebut banyak pembaca dan dapat penghargaan lagi. 

Posting Komentar untuk "Merasa Anak Bawang, Todung Mulya Lubis Meraih Penghargaan Kusela Pena Merah 2022"