Thaha Husein |
Namanya Dr. Thaha Husein Pasha. Beliau mendapat gelar Pasha pada perayaan ulang tahun ke-50 dari Fuad I University pada Januari 1951.
Lelaki kelahiran November 1889 ini adalah sosok yang masyhur di seluruh dunia. Dia juga dikenal sebagai pujangga besar dan memiliki jasa dalam kebudayaan dan kesustraan. Karena kepintaran dalam berpikir, menulis, dan dari hasil-hasil seninya dalam bahasa arab beliau disebut sebagai Amid Ul Ubadak yang artinya tiang kaum sastrawan.
Masa kecil Thaha
Sejak kecil Thaha mengalami kebutaan. Namun, buta matanya tidak membutakan mata batinnya. Justru kebutaan matanya telah mengumpulkan kehalusan perasaan pada pendengaran telinganya. Anak desa ini diserahkan ke masjid al azhar untuk belajar oleh ayahnya.
Thaha kecil dipandang rendah oleh guru-guru di sana karena fisiknya yang tidak sempurna itu. Namun, pandangan itu diubah olehnya dengan jawaban-jawaban luar biasa atas soal-soal yang dilontarkan gurunya. Gurunya menjadi tercengang, ternyata Thaha mampu menjawab dengan jawaban lebih tinggi dan bermutu dibandingkan murid-murid yang lain.
Situasi itu tidak puas dengan hasil yang didapatkan di al-Azhar dia pun melanjutkan belajar ke Egyptian University dalam bidang filsafat dan kesustraan. Hingga lulus dia pun mendapat “Gelar Anak” sulung karena ialah orang pertama kali lulus dengan derajat tinggi.
Sang pembela
Dengan fisiknya tidak sempurna datanglah seorang pembela dalam hidupnya. Ialah seorang gadis perancis bernama Suzanne Bresseau, putri dari Hussain bin Ali bin Salama. Dengan suara merdunya Suzanne senantiasa membacakan buku untuknya karena kebanyakan sumber daya sastra dan pendidikan tidak tersedia dalam huruf braille.
Suzanne membacakan buku untuk Thaha |
Melihat kecerdasan dan budimannya Suzanne pun jatuh cinta padanya. Suzanne senantiasa menjadi penolong dan pembelanya hingga Thaha mencapai gelar Doktor dalam kebudayaan dan filsafat. Suzanna menjadi mentor penasehat, assistant, cinta seumur hidup dan sahabat karibnya.
Karya dan tantangan Thaha Husain
Thaha Husain kembali ke Mesir membawa perubahan. Awalnya kalangan al Azhar merasa bangga sebab bekas murid yang belajar di sana dan buta telah pulang dengan penuh kemuliaan. Namun, semua kebanggaan itu berubah menjadi sebuah kemurkaan besar ketika Thaha Husain mengeluarkan sebuah kitab berjudul Zaman Jahiliyah.
Buku tersebut diterbitkan ketika ia menjadi guru di Egyptian University karena buku ini juga gelar Doktornya dilepas oleh pemerintah yang takut kehilangan dukungan dari kaum agama. Namun, kemurkaan tersebut tidak membuatnya hilang arah. Malah ia memandangnya sebagai hal biasa yang harus dihadapi oleh orang sepertinya. Dia bahkan dituduh sebagai orang yang tersesat dan tidak percaya akan adanya tuhan.
Setelah berbagai macam tuduhan ditelan dan diberhentikan dari jabatan menjadi seorang guru besar di universitas. Ia pun dipanggil kembali untuk menjadi mengajar di Universitas tersebut setelah pergantian pemerintah. Sikap Thaha yang lembut tentunya menerima tawaran itu meski dia pernah dituduh murtad. Hal tersebut dilakukan karena cinta pada tanah air dan juga murid-muridnya.
Buku-buku yang ditulis oleh Thaha diantarnya Pandu-Pandu Pikiran, Di Pinggir Sejarah yang Melukiskan Kehidupan Nabi Muhammad Saw., Riwayat Hidupku dan lain-lain. Selain buku-buku tersebut beliau juga menulis dalam surat kabar Arab dan Perancis.
Setiap karyanya disusun dengan bahasa yang lembut sebab tumpahan dari perasaan yang halus. Tak sedikit dia membahas tentang peradaban Yunani kuno, peradaban Arab, Al-Qur’an dan pengaruh perancis berpadu menjadi satu ke dalam bahasanya.
Rangkaian kata-katanya dalam menyusun buku bagaikan berlian yang berhamburan dari mulutnya. Maka dari itu orang-orang tidak akan melepaskan bukunya sebelum habis dibaca. Karena di dalamnya tersimpan keberanian hati ketangkasan berpikir dan keindahan bahasa.
Posting Komentar untuk "Mengenal Thaha Husein Si Pujangga yang Buta"
Trimakasih atas kunjungan Anda. Silakan tinggalkan pesan pada kolom komentar. Jika ada yang ingin ditambahkan atau ada kritikan tentang tulisan yang Anda baca. Terimakasih.